SURAT CINTA DEMI KERAJAAN ALLAH
Sahabat-sahabatku para imam terkasih dan tercinta, janganlah mengeluh dan menyerah dalam melayani umat milik Kristus. Tugas suci sebagai pelayan umat memang berat dengan aneka tantangan yang cobaan. Rasa ingin menyerah, frustasi, kecewa dan marah kadang mewarnai perjuangan itu, karena aneka kegagagalan yang dihadapi. Selain itu dari semua perbuatan baik dan mulia ditengah umat terkadang tidak selalu mendatangkan pujian, tetapi malah ditentang dan dicemooh. Tetapi ingatlah kekuatan kasih dan kemampuan Ilahi senantiasi menyertai kita berkat bantuan Roh Kudus, yang menghendaki tugas pelayanan itu terlaksana, demi tegaknya Kerajaan Allah di dunia ini. Kita dipilih oleh Allah sendiri, bukan karena kehendak dan kekuatan kita sendiri. Maka, percayalah Ia sendirilah yang akan memampukan kita dengan aneka bekal rohani yang memadai untuk tugas pelayan itu.
Kita bisa belajar dari Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF yang pada usia senjanya masih dengan tekun,setia dan handal dalam pelayanannya. Pada usia 70 tahun beliau masih bersemangat dan penuh sukacita melayani umat, tanpa berkeluh kesah. Sungguh tidak mudah membentuk mental dan karakter tulus dan Ikhlas semacam ini, apalagi ditengah dunia saat ini yang semua diukur dari materi. Beliau adalah seorang uskup, yang merupakan kepenuhan imamat bagi para imam di wilayah keuskupannya. Sebagai seorang uskup, beliau dicintai para imamnya karena teladan kerendahan hati dan kesederhanaannya. Beliau telah menjadi gembala yang baik dan murah hati bagi umat serta sahabat seperjalanan para imamnya. Berkat usaha beliau maka umat di keuskupan ini terus berkembang dalam iman dan semakin bergiat dalam hidup Rohani, demi tegaknya Kerajaan Allah.
Selain itu, kita juga belajar dari Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi kita di dunia ini, dalam hal rohani. Pada usia menjelang 87 tahun beliau masih antusias dalam menanggapi situasi zaman, bahkan memprakarsai dan memimpin Gereja untuk bersinodal, guna menegakkan Kerajaan Allah yang sesuai dengan situasi zaman. Beliau tidak bersikap sebagai seorang lansia yang mengasihani diri dan mengalah dengan kerentaan fisik, tetapi memenangkan diri dengan kekuatan Roh Kudus yang selalu muda dan selalu bergerak menuju tujuan yang lebih baik, sesuai dengan nasehat Injil.
Kelemahan fisik bukanlah musuh, melainkan teman perjalanan yang selalu menyertai setiap manusia, sebab semakin usia bertambah maka semakin bertambah pula perubahan dan kelemahan fisik. Tetapi, iman dan kebijaksanaan juga bertumbuh bersamaan dengan itu, yang nilainya lebih berharga daripada mutiara, sehingga inilah yang menjadi kekuatan.
Paus, uskup dan imam hanyalah manusia biasa, yang banyak kelemahan dan kekurangan secara manusiawi, tetapi mereka telah menjadi bagaikan secercah sinar surgawi yang memancar di dunia ini, karena keterhubungannya dengan Kerajaan Allah dan pembawa pesan Ilahi yang menyejukkan serta membawa makanan rohani mengenyangkan hati dan jiwa bagi umatNya.
Kita semua bukan malaikat, tetapi dijanjikan oleh Allah melalui Yesus Kristus PuteraNya, akan hidup seperti malaikat kelak ketika masuk ke dalam Kerajaan Surga. Berbeda dengan manusia, malaikat adalah mahkluk kekal, tidak mengalami kerentaan fisik dan penuaan, tidak pernah merasa lelah, tidak mengalami sakit penyakit, tidak pernah tidur dan hidup kekal. Celakanya, sebagian malaikat yang demikian sempurnanya itu, dibawah kepemimpinan lucifer membelot dan berusaha menjadi pemimpin tertinggi bagi manusia yang lemah dan terbatas, di atas dunia yang dibangun oleh Alllah atas usulannya. Malah, Ia telah menjadi penindas dan penjajah yang memperjuangkan ambisi membangun kerajaannya di dunia ini, meniru apa yang dilihatnya dalam Kerajaan Allah. Itulah sebabnya, kita dipanggil untuk mengambil bagian dari perjuangan Allah untuk mengintervensi semua pekerjaan luscifer di atas bumi ini, atas dasar cinta kasih Allah bagi anak-anakNya yang tertindas ini.
Secara manusiawi kita pasti merasa mustahil bisa melawan mahkluk yang tidak membutuhkan istirahat dan selalu bekerja siang dan malam ini. Tetapi justru itulah panggilan kita untuk selalu siap sedia dan berjaga, sebab hari Tuhan bisa datang kapan saja menuntut pertanggujawaban kita atas mina dan talenta yang telah ia titipkan pada kita untuk dijalankan.
Kita diutus pertama-tama adalah kepada kaum yang paling lemah, miskin, terpinggirkan, cacat, dipenjara, korban perang, korban penjajahan dan semua daerah yang tidak mengalami keadilan secara fisik, psiskis maupun jiwa. Maka, kalau tidak ada halangan janganlah menolak memberi pelayanan bagi mereka yang meminta perminyakan suci, sebab barangkali itulah satu-satunya kesempatan untuk memberi peneguhan bagi si sakit dan keluarga, sebab mungkin penyakit itu timbul karena beban berat akibat perbudakan lucifer yang harus ia jalankan. Andaikan itu adalah saat terakhir, maka hayatilah itu sebagai kesempatan bagi Allah untuk menunjukkan perhatian dan cintaNya bagi anakNya.
Tidak selalu mudah untuk melayani dengan tulus, terutama bagi kalangan kecil, pesakitan, tak berbadaya dan tertindas. Sebab kadang muncul kemalasan yang digerakkan oleh bisikan kuasa kegelapan. Tetapi, disaat yang sama ketika ada kehendak untuk selalu siap sedia dan berjaga memberi pertolongan bagi mereka yang rentan ini, kekuatan dari Roh Kudus akan dicurahkan.
Roh Kudus dan roh jahat (lucifer atau setan) selalu berjalan bersama kita dan terus berperang, ibarat seekor serigala dan seekor anjing. Setan ibarat serigala yang menuntun kita menjadi buas dan siap menerkam mangsa dan hidup di alam liar, yang adalah gambaran dari hawa nafsu manusia yang mementingkan kesenangan diri sendiri dan keliaran kehendak, akibat mengabaikan tuntunan Tuhan dan lebih mendengarkan bisikan lucifer. Sedangkan Roh Kudus ibarat anjing yang mengajari kita menjadi jinak, setia, dan ingin selalu melindungi tuannya, adalah gambaran dari kerendahan hati manusia yang menundukkan diri pada kehendak Tuhan dan ingin melindungi apa yang menjadi milikNya, yakni umat kesayanganNya. Pertanyaannya, dari pertarungan srigala dan anjing ini, siapakah yang akan menjadi pemenangnya? Jawabannya, tergantung masing-masing orang, sebab yang menang adalah yang selalu diberi makan, sementara yang tidak diberi makan pasti kurus kering bahkan mati kelaparan.
Demikianlah surat cinta ini dibuat mewakili suara hati mereka yang kecil, miskin, tertindas, kelaparan, haus, gelandangan, terpenjara, terpinggirkan, terbuang dan tidak dianggap ada. Pada saat yang sama, juga mewakili Yesus Kristus sang juru selamat dunia, sebab Ia hadir dalam mereka yang lemah ini.
Oleh: RD Sirilus Hendri Santoso