Perkembangan paroki Santo Yosef yang telah berusia lebih dari 38 tahun, tampaknya menggugah umat untuk menapak tilas, terutama saat ditorehkan tinta sejarah baru bagi pertumbuhan iman umat Katolik di kota TAMAN pada tanggal 18 September 2010, dimana sebuah bangunan gereja Katolik telah diresmikan oleh Duta Besar Vatikan untuk pemerintah Indonesia yang dijabat oleh Mgr. Leopoldo Girelli pada waktu itu. Melalui semangat untuk menyuguhkan suatu karya sejarah Monumental perkembangan Gereja Katolik di kota Bontang baik secara pendekatan empiris dan dialogis yang digunakan oleh Penyusun Buku, setidak-tidaknya dapat memberikan cikal bakal perkembangan paroki Santo Yosef di kota Bontang.
Kisah perjalanan Gereja Katolik di kota Bontang awalnya tidak pernah terpikirkan, Dari sebuah desa kecil berubah menjadi sebuah kota yang penuh dengan impian dan tantangan. Dinamika kehidupan yang menggelora menumbuhkan semangat untuk membangun dan mengabdi bagi ibu pertiwi. Pembangunan yang ditumbuhkan bukan hanya sekedar membangun fisik semata, tetapi juga membangun mental-spiritual yang tangguh sebagai wujud kesejahteraan sejati bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sudah selayaknya apabila kerinduan untuk dapat berkontemplasi dan dialogis dengan Tuhanmerupakan bagian yang tak terelakkan bagi beberapa gelintir karyawan Katolik yang mengawali bekerja di kilang gas Badak NGL sekitar tahun 1970 an.
Derap pembangunan diawali melalui eksplorasi sumber daya alam di beberapa lokasi perut bumi Kalimantan, dari hasil hutan sampai dengan minyak dan gas bumi. Bagai kata pepatah dimana ada gula di situ ada semut, di mana ada kegiatan di situ pula mendatangkan semut-semut alias pekerja yang tangguh untuk menghasilkan karya yang berguna bagi masyarakat Indonesia.
Didasarkan penuturan Bapak Yohanes Don Bosco atau sering dipanggil dengan Om Don, yang sudah menetap lama di kota Bontang sejak tahun 1974. Keadaan Bontang saat itu, masih sekitar 5keluarga Katolik yang berada di Bontang termasuk para expatriat yang terlibat dalam pembangunan kilang PT. Badak NGL bersama Main Contractor Bechtel. Sedangkan om Don sendiri sebagai karyawan Harapan Insani yang terlibat dalam pembangunan tersebut, sehingga sangat mengetahui dengan baik keadaan umat serta kebutuhan rohani yang sangat tergantung kepada Pastor Tamu yang didatangkan dari Balikpapan secara bergantian. Kegiatan peribadatan bersifat dari rumah ke rumah, bahkan sebuah pernikahan umat katolik yang pertama pun diselenggarakan dalam sebuah Hall yang terbuka dan sering didatangi oleh para Expatriat selagi melepas lelah setelah seharian bekerja. Kondisi seperti inilah memunculkan pemikiran untuk mendapatkan sebuah kapela bagi kegiatan pembinaan rohani umat Katolik.
Pada sekitar tahun 1976 an, barulah beberapa umat seperti Bpk. Johanes Sunarmo, Bpk. Patricius Bulan, Bpk. Bernardus Rochibadi, Bpk. Setio Wahono, Bpk Christ Sutarto dan Om Don memberanikan diri untuk menghadap Management PT. Badak NGL untuk mendapatkan sebuah tempat yang bisa digunakan untuk pembinaan rohani umat termasuk perayaan Ekaristi.
Permohonan para pioneer dikabulkan, pihak Manajemen telah memberikan sebuah ruangan di depan Commissary. Dengan segala rasa syukur meski masih menyimpan keinginan yang lebih baik lagi, namun dapat dipendam dengan kesabaran dan ketakwaan untuk selalu berdoa kepada Allah Yang Maha Esa, agar mendapatkan sebuah ruangan yang layak untuk melakukan misa maupun peribadatan mulai ditanggapi oleh Pimpinan dan mengutus Bapak Yosef Subarto sebagai wakil Manajemen untuk menyiapkan salah satu Construction House yang berada di kompleks perumahan untuk diubah menjadi sebuah Gereja Katolik yang pertama berdiri di Bontang. Lokasi Construction House CH-12 A yang dituturkan oleh Om Don maupun Bapak J. Sunarmo berada dekat dengan Water Treatment Plant yang sekarang telah berubah menjadi bangunan rumah tinggal yang permanen.
Dari sinilah, segala kegiatan umat Katolik mulai dilaksanakan berupa perayaan Ekaristi Kudus apabila pastor Tamu hadir maupun persiapan Ibadat Sabda apabila pastor Tamu berhalangan hadir. Untuk kelancaran Ibadat Sabda, maka naskahpun diketik secara manual sebagai tuntunan bagi umat. Keadaan inilah yang memberikan inspirasi untuk memunculkannya pelayan-pelayan muda sebagai Prodiakon.
Pada waktu yang hampir bersamaan, disisi utara Bontang mulai dilakukan pembangunan pula pabrik PT. Pupuk Kalimantan Timur dengan main contractor Lummus. Dengan adanya dua kegiatan besar tersebut, maka bertambah pula jumlah pekerja yang datang dari luar daerah Kalimantan dan tentunya berimbas mulai bertambah pula jumlah umat katolik yang ikut kegiatan di Kapela sehingga melebihi kapasitas Kapela itu sendiri. Memperhatikan perkembangan jumlah umat yang begitu banyak serta pemikiran ke masa depan, maka Keuskupan Samarinda melalui surat ketetapannya pada tanggal 16 April 1978 menetapkan sebuah organisasi untuk mengelola instutisi yang bernama Badan Pengurus Stasi Santo Yosef yang berinduk kepada Paroki Kampung Baru Balikpapan dan dikoordinasikan olehBpk. Yosef Soebarto sebagai Ketua dan Sekretaris oleh Bpk. Bernadus Rochibadi serta Pastor yang melayani adalah Pastor Yan Mangun meskipun juga terkadang dilayani oleh Pastor Petrus Maria Mitro Darmo OMIatau yang sering dikenal dengan pastor Piero dan Pastor Carlo OMI.
Perjalanan waktu terus bergulir seiring bertambahnya jumlah umat. Setelah melalui berbagai kajian dan pertimbangan, maka melalui surat Ketetapan no. 02/KS/1982 Keuskupan Samarinda mengubah status Badan Pengurus Stasi Santo Yosef menjadi Paroki Santo Yosef pada tanggal 1 April 1982 dengan Pastor Paroki yang pertama adalah Pastor Yohanes Mangun Pr atau cukup dipanggil Pastor Yan Mangun dengan wilayah pelayanan dari Muara Badak, Tanjung Santan, Bontang, Sangatta, Muara Bengkal, Talisayan, Sakulirang Muara Wahau, Tanjung Selor dan Tanjung Redeb. Sungguh suatu teritorial yang sangat luas, yang melibatkan tiga Kabupaten dan Kota, yakni : Kabupaten Kutai Timur, Kota Bontang dan Kabupaten Tenggarongsehingga memerlukan usaha dan upaya yang besar untuk dapat melayani seluruh umat. Untuk itulah pastor Yan Mangun, Prtelah meletakkan konsep “Membentuk Umat Allah menjadi dewasa dalam Iman dan Berdikari” serta menertejemahkan dalam berbagai kegiatan Pastoral yakni Liturgi, Pewartaaan, Diakonia, Koinonia dan Pelayanan Khusus.
Dalam pelayanannya kepada umat yang berada di lingkungan PT. Pupuk Kalimantan Timurpun mulai dilakukan meskipun harus menempuh jalan tanah sepanjang lebih kurang 18 km. Mengingat medan jalan yang begitu berat, maka untuk pelayanan Perayaan Ekaristi umat menjemput dan mengantar kembali Pastor dengan menggunakan mobil operasional perusahaan Pupuk Kaltim. Sedangkan ruangan untuk beribadah juga terkadang masih memakai ruang kelas Sekolah Yayasan Pupuk Kaltim yang baru didirikan melalui akta notaris Laden Mering pada tanggal 23 Pebruari 1982 yang letaknya berada di dalam kompleks Hotel Equator saat ini dan dimanfaatkan sebagai ruang kelas SLB.
Konsep membentuk umat Allah menjadi dewasa dalam iman dan berdikaripun seperti tampak dalam foto disamping kiri inipun dilanjutkan oleh pastor Daniel Tomowijoyo MSF sebagai pastor Pengganti melalui surat penugasan Keuskupan Samarinda nomor 18/KS/1991 pada tanggal 1 Juni 1991. Dengan penampilannya yang tenang dan sangat hati-hati beliau memimpin umat Paroki Santo Yosef sesuai dengan motto yang dipetik dari Galatia 5: 22 -23 yakni Alangkah indahnya hidup dalam persaudaraan yang dibimbing oleh Roh.
Namun sayang, belum lama beliau berada di Paroki Santo Yosef, telah mendapatkan kembali surat Ketetapan dari Keuskupan Samarinda untuk menjadi Pastor Paroki di gereja Santa Maria Samarinda dan digantikan oleh pastor Fransiskus Asisi Widiantara MSF melalui surat ketetapan no. 90/KS/1992 pada tanggal15 Nopember 1992.
Suatu perubahan mulai tampak, dimana selama ini umat mengikuti perayaan Ekaristi cukup mendengarkan kotbah yang disampaikan oleh pastor Paroki dan cukup mengamini,kali ini umat diajak untuk berani bertanya dan berani pula menjawab makna dari setiap ayat-ayat Injil yang menjadi thema perayaan Ekaristi. Perubahan yang cukup signifikan ini membuat sebagian umat tertantang untuk lebih mendalami Injil namun disisi lain justru umat merasa risih kalau menjawab salah atas pertanyaan Pastor.
Hingga akhirnya pada tanggal 1 Desember 1995, berdasarkan surat ketetapan Keuskupan Samarinda nomor 334/KS/1995 Pastor Paroki Santo Yosef digantikan oleh pastor Petrus Maria Mitro Dharmo OMI yang dilahirkan di Brascia, Italia pada tanggal 5 Februari 1935 dan ditahbiskan sebagai Imam di Italia pada tanggal 9 Februari 1958 serta lebih dikenal dengan panggilan pastor Piero serta taat menjalankan misionarinya di tanah Laos selama dua puluh tahun sebelum berangkat ke ladang pelayanan di Indonesia.
Meskipun usia beliau sudah dibilangan enam puluh tahun, tapi semangat untuk melakukan perubahan begitu besarnya sebab Beliau menyadari bahwa usia Paroki yang relatif cukup dewasa maka perlu pula tanggung jawab untuk dapat berdikari. Sehingga tak segan-segan beliau memotivasi pengurus harian paroki untuk memikirkan kegiatan internal maupun eksternal guna meningkatkan kemampuan umat berdikari. Dari hal-hal yang sederhana sepertipembentukan ketegorial komunikasi sosial, gerakan oikumene (persaudaraan), penggalangan sumber dana sampai dengan pembangunan gereja yang otonom termasuk membidani sampai ditetapkannya Paroki baru Santa Teresia Sangata untuk wilayah Sangata dan sekitarnya pada tanggal 1 Januari 2000, praktis beban Paroki Santo Yosef Bontang mulai berkurang serta mempolakan Orang Tua Asuh bagi stasi-stasi yang mampu berdikari kepada stasi-stasi yang tertinggal dalam perkembangannya.
Mengingat usia serta tugas yang diembannya sudah cukup lama dan panjang maka Bapak Uskup memberikan kesempatan kepada Beliau untuk kembali melayani umat di KM-45 Semboja yang masuk dalam wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara terhitung sejak tanggal 11 Mei 2000. Berdasarkan surat Ketetapan bapak Uskup Samarinda sekali lagi terjadi penggantian pastor Paroki yang dijabat oleh pastor Aloysius Tue Ado, Pr. yang meneruskan gerakan awal untuk mem-bangun kehidupan yang menggereja tidak hanya bagi umat di dalam lingkungan ke dua perusahaan.
Seperti firman Allah melalui nabi Ayub, yang mengatakan : “Jikalau Ia menarik kembali Roh Nya dan mengembalikan nafas Nya pada Nya, maka binasalah bersama-sama segala yang hidup dan kembalilah manusia kepada debu” (ayb 34:14-15) begitulah yang dialami pastor Petrus Maria Mitro Darmo, OMI. Ia pun akhirnya menyerahkan nafas terakhirnya di Balikpapan pada tanggal 3 Juli 2010. Selamat jalan pastor Piero, doa umatmu menyertai selalu dalam kumandang Ave Maria-Maria Ave.
Proses untuk merealisasikan kehendak senantiasa tetap tumbuh, tahapan demi tahapan dilalui tanpa terlepas aral melintang dan tantangan. Sehingga menjadi catatan penting untuk dapat berdiri tegaknya sebuah bangunan gereja Katolik yang benar-benar lepas dari areal lingkungan ke dua perusahaan dan berada di tengah masyarakat sebagai salah satu asset Pemerintah Kota Bontang. Namun perputaran waktu tak dapat dicegah, mekipun pembangunan fisik gereja Katolik belum seluruhnya rampung tetapi tampaknya panggilan tugas pelayanan lebih mendominasi sehingga pada tanggal 12 September 2010 jabatan Pastor kepala Paroki Santo Yosefpun beralih kepada saudara juniornya, yakni pastor Stephanus Hartoyo, Pr putra kelahiran Sukoharjo pada tanggal 17 Juli 1972 yang juga motor penggerak Gema Pasukris Bumi Etam di Barong Tongkok sebelumnya bersama suster Leonny PRR, melalui surat Ketetapan Keuskupan Agung Samarinda hingga pada tahun 2013 terjadi rotasi jabatan yang mesti diserah terimakan jabatan pastor Paroki Santo Yosef Bontang kepada seniornya, pastor Benediktus Indropraptono, Pr putra kelahiran Karang Anyar 17 Juli 1963 yang rela melepaskan jabatannya selaku Direktur Seminar Don Bosco Samarinda, melalui surat keputusan Keuskupan Agung Samarinda no. 100 / KASRI/VII/2013 pada tanggal 13 Juli 2013 (surat penetapan ditandatangani oleh Mgr. Sului Frlorentinus MSF, beberapa hari sebelum beliau meninggal). Disusul dengan penggantian Pengurus Dewan Pastoral Paroki Santo Yosef untuk periode 2015 – 2018 melalui surat Keputusan Administrator Diosesan Samarinda no. 006/KASRI/I/2015.
Dalam perjalanan waktu dan memperhatikan permintaan umat Katolik kota Bontang, maka usulan adanya Pastor Pembantu kepada Mgr. F. Sului saat beliau belum dipanggil Tuhan, sekiranya terjawab melalui Uskup Pengganti, yakni Mgr. Yustinus Harjosusanto MSF, denganditugaskannya seorang Imam Muda yang bernama Hilario Didakus Nenga Nampar, Pr atau sering dipanggil dengan nama pastor Rio.yang ditahbiskan pada tanggal…… di Samarinda dengan motto: Karena Engkau yang menyuruhnya, Aku akan menebarkan jala juga (luk 5:5), dan diberikan bekal surat Keputusan Uskup KASRI no. 105/KASRI/X/2015 tertanggal 28 Oktober 2015 sebagai pastor rekan di Gereja Paroki Santo Yosef Botang terhitung mulai 22 Nopember 2015 dengan demikian doa umat katolik di Bontang pun telah dikabulkan.
Perjalanan karya pastoral paroki Santo Yosef Bontang terus berkembang sesuai dinamika kehidupan dari tahun ke tahun, yang semula sebuah Paroki dengan 2 (dua) yakni, Stasi/Wilayah Utara yang meliputi Sangata, Bengalon hingga Susuk Dalam dan Stasi/Wilayah Bontang dengan total 10 (sepuluh) kring/Lingkungan. Kini telah mengalami pemekaran yang begitu pesat, yang mencapai 4 (empat) Stasi/ Wilayah dengan 19 (sembilan belas) Kring/Lingkungan di dalam kota Bontang ada 2 stasi muarang kayu dan kanibungan serta 30 stasi dan 6 basis pelayanan doa di wilayah utara.