Tahun 1988 – 1989 :
Program Transmigrasi yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia pada akhirnya membawa sejumlah masyarakat dari pulau Flores NTT menuju pulau Kalimantan Timur . Konsekuensi penempatan penduduk transmigrasi berada di wilayah Kaliorang dan Kaubun. Hal ini merupakan berkat tersendiri. Warga transmigrasi dari provinsi Nusa Tengara Timur yang nota bene beragama Katolik berkumpul dalam satu wilayah. Kaliorang SP (Satuan Pemukiman) 1, Kaliorang SP-2, Kaliorang SP-3, Kaubun SP-4 dan Kaubun SP-1. Karena belum didirikan Gereja, maka transmigrasi tersebut meminta ijin pada petugas Departemen Transmigrasi untuk berdoa bersama pada hari minggu dibalai/aula Kantor Transmigrasi.
Pada tahun 1988, Bapak Felix Laba yang berada di SP-1 Kaubun, mengirim surat kepada Mgr. Michael Coomans (alm) yang memberitahukan keberadaan umat Katolik diwilayah transmigrasi tersebut menyampaikan kerinduan umat akan perayaan iman Ekaristi Kudus. Oleh karena keterbatasan informasi dan pemetaan wilayah saat itu, Bapak Felix Laba tidak mengetahui Paroki mana yang melayani wilayah itu.
Akhirnya setelah membaca surat tersebut, Mgr, Michael Commans (alm) mengutus seorang Katekis, yakni Bapak Agoes Koten untuk melakukan observasi umat. Bapak Agoes Koten melakukan perjalanan selama 2 hari dari Samarinda menuju Sangkulirang lewat jalur laut menggunakan kapal dan kemudian menggunakan mobil truk perusahaan menuju Satuan Pemukiman (SP-1)Kaubun, yang sekarang dikenal sebagai desa Bumi Etam. Setelah kunjungan observasi Bapak Agoes Koten barulah kunjungan Imam yang pertama oleh Pastor Yohanes Mangun, Pr pada tahun 1989. Dengan demikian wilayah transmigrasi yang pertama kali dikunjungi dan mendapat pelayanan Imam adalah wilayah Satuan Pemukiman (SP-1) Kaubun.
- Hasil wawancara pada saat kunjungan stasi 12 maret 2015 oleh pastor Indro Pr.
- Hasil wawancara pada saat kunjungan di kaubun I , maret 2015oleh Pastor Indro Pr