PERTARUNGAN KASIH ALLAH

Memahami Kerajaan Surga dan Para Malaikat Allah sangat penting bagi semua orang beriman. Sebab ketika orang Farisi yang tidak percaya adanya kebangkitan setelah kematian kemudian menanyakan soal seorang istri dengan tujuh suami, manakah yang menjadi istri sahnya di dalam surga. Yesus menjawab, “Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di surga.” Ini juga yang menjadi dasar ketika ada yang bertanya mengapa Yesus tidak menikah, sebab Ia menjalani cara hidup surgawi.

Hawa nafsu lahir dari keinginan daging yang dipengaruhi oleh pikiran, yang merupakan sumber dosa dan penyebab kejatuhan Adam dan Hawa. Yesus mengaskan hal ini dengan berkata, “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia dalam hatinya.” Inilah yang disebut dosa laten, yang kita akui ketika pernyataan tobat dalam perayaan Ekaristi. Sementara malaikat tidak memiliki hawa nafsu birahi seperti manusia. Maka, manusia yang tidak menikah demi Kerajaan Allah adalah suatu latihan hidup layaknya malaikat di surga.

Sebagai manusia kita tidak bisa sepenuhnya membenci lucifer, sebab atas ide malaikat ilmu pengetahuan inilah kita diciptakan oleh Allah, meskipun lemah dan terbatas, tidak seperti malaikat. Tetapi akibat ulah lucifer dan idenya, ia terusir dari surga bersama para pengikutnya. Ini sesugguhnya merupakan perpisahan yang menyakitkan bagi kedua belah pihak, terutama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah tidak bisa merubah sikapnya, meskipun Ia mencintai lucifer, tetapi demi kebaikan di dalam Kerajaan Surga yang kekal, hukuman kekal itu harus dilaksanakan. Tidak ada pengampunan bagi ketidaksetiaan para penghuni surga, sebab perpecahan dalam suatu kerajaan akan menyebabkan kerajaan itu runtuh. Kerajaan Allah adalah kerajaan yang berlandaskan cinta kasih, maka yang bertentangan dengan itu harus dikeluarkan, ini adalah hukum yang bersifat kekal. Sebab, burung dengan bulu dan warna yang sama akan berkumpul dalam satu kawanan, tidak mungkin mereka berkumpul dengan yang berjenis lain.

Karena cinta kasihNya pula, Allah akhirnya mengabulkan keinginan lucifer untuk membangun dunia fana bernama bumi. Allah memberikan ruang bagi lucifer dan pengikutnya berkreativitas di dunia fana itu dengan segala ilmu pengetahuannya, dengan trial and error membangun kerajaannya sendiri. Tetapi Allah juga sudah membaca apa yang akan terjadi di dunia fana itu, sehingga Allah tetap mengintervensinya dengan cara permainan alma (tanpa saling menjatuhkan), tetapi tetapi lucifer lebih memilih menantang Allah bermain catur. Allah tahu bahwa manusia dan segala mahkluk akan menjadi korban yang menderita akibat ambisi lusifer, sehingga karena kasihNya ia membuka jalan keselamatan bagi mereka yang mau mencari dan bersatu dengan Penciptanya. Jalan keselamatan itu dihubungkan melalui Yesus PuteraNya yang berbagi identitas surgawiNya, berupa tubuh dan darahNya yang bersifat menyucikan, menguduskan, dan kekal.

Sesungguhnya, di dalam hati terdalam lucifer tersimpan rasa insecurity, yakni rasa tidak nyaman, tidak puas, dan kurang percaya diri. Sebab, apa yang ia pikirkan dan rencanakan tidak serta merta bisa terwujud, bahkan ada yang sudah dibangun itu harus ia hancurkan lagi untuk membangun yang lebih besar. Ia sesungguhnya malu situasi kerajaannya belum semaju Kerajaan Allah, sebab bumi diciptakan dengan segala kertebatasan yang tidak bisa asal dikelola, sebab malah bisa menghancurkannya. Rasa seperti ini juga tumbuh di dalam hati manusia yang tidak percaya diri dan iri pada sesama yang lebih baik, sebab lucifer adalah yang pertama dan asal dari rasa ini.

Hukuman bagi lucifer mengandung suatu pelajaran, bagaimana Allah sebagai Bapa yang baik menunjukkan kepada lucifer bahwa tidaklah mudah untuk menundukkan mahkluk lainnya, ketika ego di dalam diri tidak ditundukkan terlebih dahulu. Sebagaimana lucifer membelot dari Allah, demikian pula manusia yang ia didik dan pekerjakan seringkali membelot dari lucifer dan memilih jalannya sendiri.

Disisi lain, lucifer juga melihat bahwa banyak dari mereka yang percaya kepada Allah dan didik oleh Roh KudusNya, adalah orang-orang yang bisa diandalkan karena kesetiaan dan ketekunannya. Itulah sebabnya ia berusaha merebut orang-orang ini untuk menjadi abdinya, dengan berbagai macam cara dan dengan imbalan pantastis dan prestisius, bahkan Yesus sendiri ia goda ketika berpuasa di padang gurun.

Memang demikianlah nasib orang-orang yang setia, cakap dan bisa diandalkan, akan menjadi rebutan para pemberi pekerjaan. Seperti halnya Allah merebut Rasul Paulus yang bahkan ketika di penjarapun ia tetap bekerja dengan mengirimkan surat-surat sucinya, yang akhirnya bisa menjadi pedoman bagi generasi berikutnya. Ini merupakan serangan pembalasan dari Allah atas membelotnya Raja Salomo, seorang dengan pengetahuan sangat luas dan merupakan penulis Kitab Kebijaksanaan, yang kemudian jatuh kepada penyembahan berhala akibat bujukan dan rayuan para istrinya, yang berasal dari bangsa lain yang percaya kepada aneka dewa-dewi. Akibatnya, runtuhlah Kerajaan Salomo akibat pemerontakan orang istananya sendiri, bernama Yerobeam, dengan dukungan dari Allah akibat ketidaksetiaan Salomo.

Padahal, Yesus sendiri adalah pengagum pemikiran bijak Salomo dengan berkata, “Tidak akan pernah lahir seorang yang sebijaksana Salomo, baik sebelum maupun sesudahnya.” Tetapi, apalah guna kebijaksanaan itu, jika hanya sebagai nasehat namun tidak menjadi praktik hidup yang dijalani dengan setia sampai akhir hidup. Yesus pernah berkata, “Dengarkan nasehatnya, tetapi jangan ikuti perbuatannya.”

Salah akibat dari dosa penyembahan berhala Salomo, Yesus pernah ditolak ketika melewati kota Samaria, karena perjalanannya ke Yerusalem, sebab kedua kota ini bermusuhan. Kota Samaria terbentuk dari orang-orang buangan dari Israel (Yerusalem), yang menikah dengan bangsa lain, yang dianggap kafir, jadi karena pernikahan itu mereka dianggap sudah tidak murni atau najis. Itulah sebabnya, agama Yahudi tidak bersifat misionaris melainkan dari darah yang diturunkan oleh leluhur, meskipun ada kemungkinan bagi yang tidak berdarah Yahudi untuk menganutnya.

Darah bukan sesuatu yang sepele dalam banyak tradisi, bahkan dalam Kerajaan Surga. Banyak tradisi di seluruh dunia dalam penyembahannya kepada yang dipercayainya sebagai junjungannya,  mengurbankan darah hewan, dengan beragam makna, tetapi yang paling utama adalah sebagai pengikat perjanjian.

Darah menjadi seperti penghubung dua dunia, yakni dunia fisik dan dunia yang tak terlihat (metafisik). Kita ingat kisah, ketika Kain membunuh Habel saudaranya akibat iri hati, darah habel yang jatuh ke tanah itu jeritannya terdengar sampai ke surga dan sampai ketelinga Allah. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menghargai tubuh dan darah Yesus yang jatuh ke tanah, sebab darahNya yang mulia telah menyucikan tanah di bumi tempat kita tinggal sekaligus menghubungkan kita dengan tanah surgawi. Ini juga menjadi dasar bahwa keselamatan dari Allah yang dibawa oleh Yesus  adalah bagi segala bangsa, yang mendiami tanah di bumi sama dan memakan semua hasil dari tanah yang sama, hanya saja belum semua mengimaNya.

Setiap orang yang telah menerima tubuh dan darah surgawi Yesus, seharusnya memiliki keterhubungan dengan Kerajaan Surga dan bisa menangkap pesan dari sana. Tetapi dalam kenyataannya, tidak selalu demikian. Ibarat signal telpon WA yang tidak bisa disambungkan panggilannya karena selulernya dimatikan, atau tersambung tapi tidak diangkat, atau sudah ganti nomor. Atau, bisa jadi sedang berselingkuh dan melakukan panggilan dengan dunia lain, sehingga pesan dari dunia lain inilah yang akhirnya menjadi penuntun hidupnya, bukan dari Kerajaan Allah melalui Roh Kudusnya. Memang tidak bisa dihindari, godaan dari pihak ketiga selalu menarik dan sulit ditolak bagi mereka yang tidak selalu siap sedia dan berjaga-jaga, yang mengulur-ngulur waktu untuk berbalik dari penyelewengannya.