MISTERI ILAHI
Yesus pernah berkata, “Ya Bapa Aku bersyukur kepadaMu, Bapa langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” Pernyataan kontradiktif ini mau menunjukkan bahwa apa yang bernilai tinggi pada tataran manusiawi tetapi pada tataran Ilahi justru menjadi misteri. Sebab Yesus meskipun nampaknya mendeskreditkan akal budi manusia, Ia sendiri bukanlah manusia bodoh. Yesus adalah seorang pembelajar, itu terlihat dari aneka perumpamaanNya yang mengambil contoh dari berbagai bidang yang bukan dari keahliannya. Ia adalah anak tukang kayu, tetapi Ia berbicara tentang menabur benih, gandum dan ilalang, membajak lahan, pengusaha kebun anggur, membangun menara, persiapan perang, pesta pernikahan anak raja, dan seterusnya. Semua itu menunjukkan bahwa Ia terlibat dengan pergumulan manusia pada zamannya dan peka pada aneka peristiwa saat itu.
Yesus tentu saja menguasai Kitab Suci yang merupakan sumber iman bangsanya. Tetapi Ia sadar bahwa mempelajari Kitab Suci ibarat memegang seekor ular. Jika yang dipegang adalah bagian badan atau ekornya maka akan dipatuk oleh ular tersebut dan menyebabkan kematian. Tetapi jika yang dipegang adalah kepala dari ular tersebut maka akan selamat dan tetap hidup. Ular adalah gambaran iblis yang menggoda Adam dan Hawa yang membuat manusia jatuh dalam dosa karena memakan buah dari pohon pengetahuan. Jika Yesus hanya memegang kepala ular artinya Yesus tetap membiarkan ular itu hidup tetapi berada dibawah kontrolnya, sebab kepalanya telah Ia kendalikan. Makanya, Yesus juga menggunakan ilmu pengetahuan dalam mengajar para muridNya dan berdebat dengan mereka yang telah dikuasai oleh penguasa kegelapan. Sebaliknya, Maria ibuNya, adalah perempuan yang menginjak dan meremukkan kepala ular itu, seperti yang digambarkan dalam Kitab Kejadian. Itulah sebabnya, Maria digambarkan sebagai wanita sederhana yang tidak banyak berbicara tetapi hanya menyimpan segala perkara dalam hatinya dan merenungkannya. Makanya, menurut kesaksian almarhum Gabriele Amorth, seorang pastor eksorsis yang bertugas di Vatikan, yang telah melakukan sekitar 160.000 eksorsisme, selain nama Yesus nama Maria adalah yang paling ditakuti iblis. Yesus dan Maria adalah Adam dan Hawa baru yang merintis Kerajaan Allah di dunia ini. Bedanya, yang satu berseru dengan suara lantang sedangkan yang satunya dalam kesunyian, tetapi keduanya tak bisa dipisahkan.
Karena Yesus hanya memegang kepala ular, maka ular itu terus berusaha melepaskan diri dengan menggerakkan seluruh badannya yang licin, bahkan mengebaskan ekornya yang jika terkena juga menyakitkan. Tetapi Yesus akan menekan dengan keras kepala ular itu ketika mulai memberontak. Ini adalah gambaran para murid Yesus sendiri. Yesus menyadari bahwa kuasa kegelapan terus mengincarnya bahkan berusaha menyusup melalui para muridNya. Itulah sebabnya Petrus yang adalah pemimpin para rasul pun dihardiknya ketika menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan misiNya, “Enyahlah iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”. Yesus menyadari bahwa pikiran ini berasal dari bisikan si penguasa kegelapan. Petrus, meskipun ia adalah kepala para rasul tetapi ia masih dalam tahap memegang badan ular itu, belum sampai kepalanya. Sedangkan yang terparah adalah Yudas, sebab ia masih dalam tahap memegang ekor ular tersebut, sehingga ular tersebut dengan leluasa menggerakkan tubuhnya dan mematuk Yudas sehingga mati oleh bisanya. Yudas adalah bendahara para rasul, suatu tanggungjawab yang sangat rentan terjerat godaan iblis. Yudas tergiur dengan harga jual Gurunya yang hanya 30 syikal perak, seharga seorang budak pada zaman itu. Artinya iblis berhasil membeli kesetiaan dan nyawa Yudas dengan harga seorang budak.
Pertanyaannya, kapan para rasul dan para murid lainnya mulai memegang kepala si ular tua itu? Jawabannya, setelah Yesus berhasil mengalahkan kuasa kegelapan, dengan menumpahkan kurban tubuh dan darahnya di kayu salib sebagai materai kemenangan kekal. Setelah kebangkitanNya dari antara orang mati ular itu tak bisa lagi menyentuhNya, itulah sebabNya Yesus berkata, “Janganlah engkau menyentuh Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang aku pergi kepada BapaKu, dan Bapamu, kepada Allahku dan Allahmu”. Yesus berkata demikian sebab Ia tahu bahwa para murid telah terpatuk ular tersebut dan hampir mati imannya, sebab mereka mengira bahwa Gurunya telah terlebih dahulu mati dipatok si ular tua itu. Sebab kematian Yesus adalah akibat dakwaan menghujat Allah dan bertentangan dengan Kitab Suci bangsa Israel. Maka para murid mulai kehilangan gairah pada Kitab Suci dan merasa bahwa Gurunya adalah korban penyalahgunaan Kitab Suci. Oleh sebab itu, penting sekali apa yang disampaikan oleh Paus Fransiskus dalam surat edarannya pada Minggu Misi sedunia yang 79 dengan tema, “Hati berkobar-kobar, kaki bergegas mewartakan Injil”. Dalam perjalanan ke Emaus kedua murid itu hatinya berkobar-kobar ketika Yesus yang bangkit berjalan bersama mereka (bersinodal) dan menjelaskan seluruh isi Kitab Suci tentang diriNya, semuanya harus terjadi sesuai dengan isi Kitab Suci. Mereka akhirnya mengenalNya setelah merayakan Ekaristi bersamaNya, tetapi kemudian Ia menghilang dari hadapan mereka. Akhirnya dengan hati berkobar-kobar mereka bergegas menemui murid yang lain mewartakan kabar sukacita (Injil), bahwa guru mereka telah bangkit dan mengalahkan bisa si ular tua. Sebab tubuh dan darah Gurunya adalah obat penawar paling ampuh dari bisa si ular tua, sehingga setiap orang harus diberi obat penawar ini sehingga mereka memperoleh hidup kekal. Inilah misi sakral para murid yang kemudian penuh sukacita dalam aneka penderitaan mewartakan Kerajaan Allah, tempat dimana Gurunya bertahta sebagai Raja. Mereka harus bergegas meyakinkan dunia bahwa Guru mereka adalah Sabda Allah yang hidup. Tetapi sebelum para murid menjalankan perutusan mulia memberitakan sukacita kemenangan Gurunya, mereka terlebih dahulu harus menjalani retret. Yesus mengumpulkan mereka di Genesaret dan di Yerusalem. Yesus menemani dan menjelaskan, sehingga hati mereka terbuka dan lebih memahami isi Kitab Suci yang menuliskan tentang diriNya. Setelah yakin bahwa para murid sanggup untuk memegang kepala si ular tua, Yesus kemudian naik ke surga. Tetapi Ia menyuruh mereka tetap merenungkan wejanganNya sambil menunggu pencurahan Roh Kudus yang akan memimpin mereka dalam mewartakan injilNya. Roh Kudus adalah kekuatan utama yang mereka andalkan sehingga mampu menaklukkan aneka tantangan dan kesulitan dalam misi sakral mereka. Roh Kudus itu pula yang terus memimpin karya Gereja sampai hari ini.
Yesus adalah Anak Domba Allah yang mengurbankan diriNya menjadi tebusan atas dosa manusia yang membawa kepada maut menuju kehidupan kekal. Maka Yesus juga mengutus para muridNya seperti domba ke tengah-tengah serigala, maka mereka diminta untuk cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Ular adalah gambaran akal budi sedangkan merpati adalah gambaran Roh Kudus. Artinya gunakanlah kemampuan akal budi manusiawi yang diterangi oleh Roh Kudus untuk mampu melawan kuasa si ular tua. Sebab Allah itu Maha Kasih, Ia tidak sampai hati memusnahkan si ular tua yang adalah ciptaanNya sendiri. Malah si ular tua menjadi berguna untuk menguji manusia yang layak untuk masuk kerajaanNya.
Sebab Allah tidak ingin manusia menjadi sama dengan si ular tua, yang tidak tahu berterima kasih dan bersyukur, sebab ia diciptakan di surga tetapi kemudian terbuang dari sana karena ketidaktaatan dan keangkuhan. Allah membiarkan manusia menderita di dunia akibat ulah si ular tua supaya manusia akan sangat bersyukur ketika merasakan nikmat surga kelak. Itulah sebabNya Ia membiarkan puteraNya yang dikasihiNya juga turut menderita, untuk memberikan contoh kesetiaan dan ketaatan total kepada Allah dalam semua kondisi hidup.
Yesus menang atas maut bukan berarti Yesus memusnahkan musuhNya si ular tua. Yesus adalah Sang Pencipta itu sendiri, sebab Ia dan Bapa adalah satu. Ia mengasihi semua ciptaanNya, makanya Ia mengajari para muridnya untuk mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka. Bagaimana jika si ular tua nantinya berhasil menguasai dunia ini sehingga tidak ada lagi iman di bumi? Itu urusan Allah, tetapi barangkali karena kasihNya tentulah Allah akan memperhitungkan segala usaha kerasnya membangun dunia ini sebagai kerajaannya yang memang Allah biarkan menjadi miliknya. Tetapi yang pasti Allah akan mengambil siapapun yang beriman kepadaNya sebagai milikNya. Ini adalah sungguh gambaran Allah yang sangat antroposentris yang sulit diterima oleh sebagian manusia, termasuk umat Israel. Sebab Allah yang penuh kasih seperti bapa mengasihi anak-anaknya terlihat sebagai pendegradasian keallahan yang agung. Tetapi tidakkah mereka membaca dari Kitab Sucinya sendiri (Kitab kejadian di dalam Taurat Musa), bahwa Allah menciptakan manusia itu secitra atau segambar denganNya? Jika manusia adalah citra atau gambaran Allah, mengapa meragukan Yesus Putra Allah yang rupanya sama dengan manusia?
Oleh: RD. Sirilus Hendri Santoso.