Jumat Agung “Mengenang Sengsara Tuhan”
JUMAT AGUNG, inti dari perayaan Tri Hari Suci adalah cinta Allah yang begitu besar kepada kita manusia, sehingga Dia merancang sebuah Karya Keselamatan. Kematian Yesus di kayu salib adalah puncak dari cinta tersebut, “tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Hari ini, Jumat Agung, kita melanjutkan perayaan kemarin, Kamis Putih, dimana Yesus mewariskan Ekaristi dan membasuh kaki para murid, sebagai lambang Allah yang mengasihi manusia sampai akhir. Ia memilih menjadi hamba untuk melayani manusia, supaya manusia bersih dan dikuduskan. Konsekuensinya berlanjut dan berpuncak pada kematian Yesus seperti seorang budak di Salib.
Perayaan hari ini kita diajak masuk kedalam kontemplasi Salib yang menyelamatkan dengan pengharapan akan kebangkitan. Darah, pukulan, penyiksaan dan penghinaan yang kita dengar dari Kisah Sengsara Yesus, dapat membuat hati kita tersentuh, tetapi bukan itu intinya. Intinya adalah Ketaatan Yesus kepada Bapa-Nya, penyerahan diri total demi keselamatan kita manusia. Kematian Yesus meninggalkan sebuah pengharapan akan kebangkitan, kehidupan kekal bagi manusia.
Jalan Salib Yesus adalah jalan salib kita, jalan keselamatan melalui pelayanan. Yesus mengajarkan kita dengan Salib; supaya kita bisa keluar dari sifat egois dan kepentingan diri sendiri. Jadi kehidupan iman kristiani adalah sebuah jalan salib, dimana kita diundang untuk memikul salib kita masing-masing di belakang Yesus.
Hari ini kita diajak untuk berdiri di bawah Salib Yesus dan memandang-Nya, supaya menyadari dan merasakan dua hal: Cinta Tuhan yang Agung dan Salib adalah buah-buah dari dosa-dosa kita. Itulah keselamatan: Pertemuan antara cinta Allah dengan dosa dan kelemahan kita, yang menang akhirnya kerahiman dan belas kasih Allah.