HARTA DI SURGA DAN KEBUN KAKTUS
Ketika seorang pemuda kaya raya dan saleh bertanya kepada Yesus bagaimana caranya supaya memperoleh hidup yang kekal, Yesus menjawab, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah aku.” Pemuda itu pun pergi dengan sedih sebab sangat banyaklah hartanya. Kemudian Yesus berkata kepada para muridNya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan surga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah”. Ketika para murid gempar, Yesus kemudian berkata, “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.” Kemudian Petrus bertanya, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” Yesus menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan Kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemualiaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas tahta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Dan setiap orang yang karena namaKu meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya Perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima Kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi banyak yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.” Tidak seperti pemuda tadi yang menganggap jawaban Yesus hanya seperti halusinasi yang sulit dipercaya, para murid percaya dan setia mengikutiNya.
Sulit bagi manusia untuk memahami logika Yesus sebagai penghuni Kerajaan Surga. Sebab di surga semua penghuninya hidup dalam kebebasan bersama Allah, yang penuh kasih dalam kepemimpinanNya. Semua penghuni surga adalah yang miskin di hadapan Allah, tetapi Allah memberikan kepada mereka harta secara cuma-cuma untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. Semua harta itu menjadi hamba atau budak mereka, sehingga mereka tidak perlu bekerja keras, melainkan selalu hidup dalam sukacita kekal tanpa kekurangan apapun. Tetapi di dunia, yang diciptakan atas usul lusifer, malaikat agung yang berkhianat, yang kita sebut setan atau si ular tua atau malaikat ilmu pengetahuan, semuanya berkebalikan dari situasi disurga. Manusia justru menjadi budak dari harta benda, profesi, gelar, jabatan,dan apapun yang melekat padanya, yang merupakan upah bagi mereka karena turut dalam proses pembangunan kerajaannya di dunia ini. Semakin banyak harta bendanya maka semakin ia terikat padanya dan berusaha melindunginya. Ia harus selalu menjaganya sehingga ia tidak bisa kemana-mana dengan bebas, termasuk tidak bisa pergi kerumah Tuhan untuk memuji dan bersyukur kepadaNya. Harta benda itu ibarat tuan yang harus selalu dijaga, dirawat, dilindungi, dikawal oleh manusia hambanya. Maka Yesus pernah berkata, “Dimana hartamu berada, disitulah hatimu berada.” Dengan demikian, ketika seseorang begitu terikat dengan hartanya di dunia ini maka sulit baginya meninggalkannya untuk bersatu dengan Allah dan masuk ke dalam kerajaan surga. Orang-orang seperti inilah yang amat disayangi oleh lucifer. Malah lucifer berharap lebih banyak lagi orang seperti ini, sebab ia masih butuh banyak pekerja di kebun kaktusnya. Itulah sebabnya Lucifer dan bawahannya menanamnya nafsu birahi yang tak terkendali dalam diri manusia sehingga mereka terus beranak pinak dan memenuhi bumi, meskipun sumber daya pangan dan sumber daya alam lainnya semakin terbatas dan harus diperebutkan, bahkan dengan perang dan penindasan. Sebab manusia yang lemah ini adalah batu loncatan saja, sampai akhirnya nanti tercipta pekerja yang lebih handal karena lebih kuat dan cerdas, yakni robot AI.
Meskipun bagi manusia tidak mungkin, tetapi bagi Allah segalanya mungkin. Kerajaan surga dan seluruh penghuninya, yang tidak nampak oleh mata membuat manusia sulit membayangkan apalagi percaya, meskipun percaya tetapi masih setengah hati. Kerajaan surga itu ibarat kado, saat masih dunia kita hanya melihat bungkusnya, sedangkan isinya akan kita lihat setelah kita pergi meninggalkan dunia ini. Sebab kado itu terbuat dari kotak yang rapat terkunci sementara kuncinya masih dipegang oleh St. Petrus. Banyak manusia yang sudah percaya, tetapi tidak sabar menunggu saat itu, akhirnya menyibukkan diri di kebun kaktus, sehingga tidak selalu berjaga-jaga dan tidak siap ketika saat itu tiba-tiba datang seperti pencuri, sementara kado itu sudah hilang tercecer. Atau ada pula yang terkecoh melihat bungkus kado itu yang tidak menarik, sehingga membuangnya ke tempat sampah. Sebalikya, ada pula sebagian manusia beruntung yang rela menjual seluruh harta bendanya untuk membeli kado itu, sebab ada saja oknum yang menjual sesuatu yang Allah berikan secara gratis.
Bagi Allah segalanya mungkin, bukan sesuatu yang sepele. Sebab kata “mungkin” saja mengingatkan kita bahwa itu bukan kepastian, melainkan kemungkinan. Allah adalah kemungkinan tak terbatas bagi manusia yang adalah mahkluk fana. Allah membiarkan dirinya menjadi kemungkinan bagi mereka yang mencarinya, sebaliknya Ia juga membiarkan diriNya menjadi kemungkinan bagi siapapun yang menyangkalnya. Maka, ada kata bijak, “Allah itu sesuai dengan prasangkamu”. Ketika seseorang percaya bahwa Allah dan KerajaanNya sungguh nyata, maka ia akan menemukan sejuta bukti untuk membenarkan apa yang diimaninya, karena ada Roh Kudus yang menuntunnya. Sebaliknya, ketika seseorang percaya bahwa Allah dan KerajaanNya tidak ada, maka ia akan menemukan sejuta bukti untuk membenarkan apa yang diyakininya itu benar, sebab ada lucifer yang menuntunnya. Tetapi, ada pula seseorang yang percaya masih setengah-setengah, ia ibarat pekerja dikebun anggur milik Allah tetapi ternyata dikebun anggur itu juga tumbuh banyak pohon kaktus yang durinya seringkali melukainya ketika sedang bekerja, tetapi ia tidak berani membuang pohon kaktus itu, sebab ia mengira itu juga ditanam oleh pemilik kebun anggur, padahal ditanam oleh penyusup yang diutus oleh lucifer. Pohon kaktus memang tumbuhan yang paling kuat dan bisa hidup bahkan dipadang gurun panas yang tidak ada airnya, apalagi ditempat yang subur. Sementara pohon anggur sangat rentan, sebab hanya bisa tumbuh hanya didaerah dingin. Demikianlah gambaran orang beriman, sangat sulit sekali mempertahankan imannya, tetapi ketika imannya tumbuh semakin kokoh akan menghasilkan buah yang bermanfaat. Sementara pohon kaktus adalah gambaran orang-orang yang tidak terlalu peduli masalah iman, mereka bisa beradaptasi dengan kondisi apapun, tetapi tidak menghasilkan buah yang bermanfaat, terutama buah keselamatan kekal di dalam Kerajaan Surga.
Yesus pernah berkata, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Surga, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Kita bisa belajar dari dua tokoh besar Gereja, yakni Santo Agustinus yang beraliran platonian dan Santo Thomas Agustinus yang beraliran aristotelian. Mereka berdua berbeda aliran tetapi sama-sama mencari hal yang sama, yakni Allah dan Kerajaan Surga. Mereka bekerja dikebun anggur yang sama milik Allah, tetapi dengan talenta yang berbeda. Mereka menemukan Allah dan KerajaanNya tetapi menggambarkannya secara berbeda menurut kemampuan dan sudut pandanganya. Agustinus menyepelekan semua hal didunia ini, sebab segala yang ada di dunia ini hanyalah tiruan. Segala hal yang tidak sempurna di dunia ini, sesungguhnya adalah sempurna ketika di surga. Seseorang yang cacat di dunia ini, ketika disurga maka keadaan cacat itu akan dipulihkan kebentuknya seharusnya, yakni utuh dan sehat secara sempurna. Agustinus yang mengadopsi pemikiran filsafat Plato meyakini bahwa dunia ide adalah yang real, sebab Allah adalah Ide yang menciptakan segala sesuatu dengan intelekNya, sementara dunia yang kita lihat adalah hanya tiruan yang sangat banyak kecacatannya. Ibarat sebuah gambar yang indah di dalam komputer tetapi ketika diprint justru gambarnya ada yang buram, tertimpa tinta, dan sebagainya. Maka, pesan penting dari Agustinus adalah jangan tertipu dengan segala keburukan, kekurangan atau kecacatan atau segala kejahatan yang ada di dunia, sebab disurga situasi yang tidak sempurna itu akan dipulihkan kepada kondisi yang ideal, yakni utuh dan sempurna. Hal itu Ia Yakini karena Yesus sang penghuni surga junjunganNya, sudah menunjukkan buktinya, dengan aneka macam mukjizatNya, mulai dari menyembuhkan orang sakit, mengusir orang kerasukan, sampai membangkitkan orang mati.
Kemudian, kita juga belajar dari Santo Thomas Aquinas, yang menyentak kita untuk jangan hanya berhalusinasi tentang Allah dan Kerajaan Surga. Ia mengajak kita lebih membumi dengan penjelasan yang berakar dari apa yang kita lihat di dunia. Mengadopsi pemikiran Aristoteles, ia mengajak kita melihat ciptaan untuk semakin mengenali Sang Pencipta, yakni Allah. Ia menjelaskan keberadaan Allah dengan lima jalan pembuktian eksistensi Allah, yakni melalui fenomena adanya gerak yang sampai pada Allah sebagai penggerak pertama, adanya sebab-akibat yang sampai pada Allah sebagai penyebab pertama, adanya kemungkinan sampai kepada Allah sebagai keniscayaan, adanya derajat kualitas sampai kepada Allah Sang Kesempurnaan, dan adanya keteraturan alam semesta yang smapai kepada Allah yang menjadi asal dan tujuan dari seluruh gerak Alam semesta, yang semuanya membentuk harmoni. Thomas Aquinas mengajak kita untuk mencintai dan merawat dunia yang indah dan mengagumkan ini karena dari semua ciptaan ini kita bisa mengagumi penciptanya, kalau semuanya rusak dan hancur bukankah ini juga akan menggiring manusia pada kondisi kehilangan kekaguman pada Allah sang penciptanya. Hal ini Ia Yakini, sebab Sang Pencipta itu telah datang kedunia, yakni Yesus Putera Allah. Dari tempat yang mulia, serba ada, serta sempurna ia rela hadir di tempat yang penuh kemiskinan dan serba terbatas. Ia menunjukkan dirinya kepada semua ciptaanNya, yakni Alam semesta ini, dengan manusia sebagai penanggunjawab utamanya, sebab manusia diciptakan secitra atau segambar denganNya. Ia adalah Raja semesta Alam yang menyatakan dirinya untuk menyampaikan kabar gembira tentang Kerajaan Surga, Kerajaan dimana Ia berada dan mengundang kita untuk masuk ke sana, dengan syarat kita harus hidup dalam kasih. Kita harus mengasihi diri kita sendiri, mengasihi sesama manusia, mengasihi semua mahkluk hidup, mengasihi dan merawat alam semesta ini dan yang paling utama adalah mengasihi Allah yang telah menjadikan semuanya itu. Sehingga ketika kedatanganNya pada akhir zaman nanti siapapun yang turut memelihara semua itu akan ia bawa masuk ke kebahagiaanNya di dalam Kerajaan Surga. Kapan saat akhir zaman itu? Manusia tidak pernah akan tau, sebab Yesus pernah berkata, “Dimana ada mayat, di situ burung nazar berkerumun.” Burung nazar adalah burung yang hanya memakan bangkai dan tidak pernah memakan yang lainnya, dari dulu sampai sekarang dan sampai kapan pun. Demikian juga hari Tuhan dari dulu sampai sekarang tetap sama, datang pada saat yang tidak diduga-duga, sehingga setiap orang percaya harus senantiasa berjaga-jaga. Ketika pada zaman nabi Nuh semua orang hidup normal, makan minum, kawin dan dikawinkan, kemudian setelah Nuh masuk ke dalam bahteranya air bah datang dan menghancurkan semua yang ada dibumi. Ketika zaman Lot, semua hidup normal, makan dan minum, berjual beli, kawin dan dikawinkan, tiba-tiba setelah Lot keluar dari Sodom, kota itu luluh lantah dihancurkan oleh hujan api dan belerang dari langit. Tidak penting kapan waktunya, tetapi kita yang bisa menilai segala sesuatu hendaknya juga bisa melihat polanya, yakni dari semua peristiwa tadi Allah hanya menyelamatkan mereka yang dikasihiNya karena iman dan kesetiaannya pada kehendak Allah.