160 Siswa-Siswi Katolik SMP,SMA/SMK Kota Bontang Mengikuti Rekoleksi “Meneladani Bunda Maria Menjadikan Pribadi Yang Semakin Dewasa Dalam Iman dan Menjadi Saluran Berkat Bagi Sesama”

(Bontang, 7/10/2023)Pada hakikatnya peran rekoleksi dalam pembentukan iman katolik sangatlah penting. Karena masa-masa muda adalah masa pembentukan jati diri seseorang. Dengan begitu sangatlah diharapkan dengan adanya rekoleksi bagi kaum muda katolik dapat mempertegas identitas diri, kepribadian dan keunikan setiap individu sebagai pribadi yang utuh. Dalam proses pencarian jati itulah maka sangat diperlukan pelajaran pengembangan jati diri sehingga mereka dapat menemukan pijakan yang tepat bagi kehidupannya kelak.

 

Masa muda adalah masa dimana puncak kreativitas datang dan terus datang (proses aktulisasi diri). Seperti air yang terus mengalir di sungai demikianlah ide-ide kaum muda di era sekarang yang ingin mereka tuangkan terus dalam bentuk kreativitas. Dengan begitu kaum muda juga harus mengisi jiwa mereka agar tidak kosong  ketika mereka ingin mewujudkan segala impian mereka.

Pada Sabtu, (7/10/2023), Gereja Katolik Paroki St Yosef Kota Bontang, menyelenggarakan Rekoleksi Satu hari dengan tema “Meneladani Bunda Maria Menjadikan Pribadi Yang Semakin Dewasa Dalam Iman dan Menjadi Saluran Berkat Bagi Sesama”. Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 08.00 s.d 14.00 WITA dibuka oleh Ketua Panitia Bapak Antonius Ngaga, S.Pd. Pada acara pembukaan  telah  hadir juga 12 Guru PAKAT Kota Bontang, beserta narasumber RD. Sirilus Hendri Santoso, Sr Ernesta Maria PIJ dan Sr Demitria PIJ.Kegiatan Rekoleksi dihadiri 160 Siswa-Siswi Katolik SMP,SMA/SMK Kota Bontang.

Ketua Panitia Bapak Antonius Ngaga, S.Pd menjelaskan,” harapan dari kegiatan ini adalah meningkatkan Iman Peserta didik serta membantu peserta didik untuk lebih mendalami Peran Maria lalu di implementasikan dalam kehidupan sehari hari agar bisa menjadi berkat bagi sesama,” ujarnya.

Adapun 7 teladan sikap Bunda Maria yang diajarkan adalah iman dan ketaatan (Maria diberi kabar gembira oleh Malaikat Gabriel), bersyukur (Maria, Elizabeth dan Kidung Maria), kerendahan hati (kelahiran Yesus), kesetiaan (Yesus dipersembahkan ke Bait Allah, kisah Hana, dan Simeon), kepedulian (perkawinan di Kana), ketabahan (Yesus di salib), dan kekudusan (Maria diangkat ke Surga).

“Dalam setiap sesi Peserta diajak untuk berdoa, membaca kitab suci, dinamika kelompok, dan renungan. Melalui berbagai aktivitas tersebut kami berharap agar iman para peserta dapat terus bertumbuh dan berkembang. Seperti kehidupan penuh tantangan yang pernah dialami oleh Bunda Maria, mengutamakan kesetiaan terhadap rencana dan kehendak  Tuhan-lah yang harus dinomorsatukan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, suara Tuhan, suara hati  untuk selalu berbuat baik terus bergema di relung hati kita. Maka laksanakanlah suara Tuhan itu dengan penuh suka cita dan kesetiaan seperti telah diteladankan oleh Bunda Maria sendiri,” sambung Bapak Anton.

Bagi kita, para kaum muda, ada masa dimana kita mengalami keterpurukan dan kesulitan di dalam hidup. Disaat tak ada lagi orang yang membantu, satu-satunya tumpuan dan batu karang yang bisa kita pegang hanyalah Tuhan Yesus Kristus Sang Juruselamat. Sebagaimana teladan bunda Maria, kita berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan. Meskipun doa kita belum tentu langsung dijawab oleh-Nya, kita wajib tetap percaya dan menunggu. Seperti yang dilakukan bunda Maria, walaupun Yesus berkata “ini belum waktunya”, namun Bunda Maria tetap percaya bahwa Yesus akan melakukannya. Kita mungkin akan bertanya-tanya mengapa doa kita belum terjawab, atau kita berpikir mungkinkah Tuhan tak lagi sayang kepada kita. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya kita meneladani sikap bunda Maria, yakni tetap percaya dan setia kepada rencana Tuhan walaupun terkadang rencananya sulit dimengerti dan sulit kita terima dalam kacamata kita sebagai manusia.

Bunda Maria yang berkedudukan sebagai seorang ibu, tidak serta-merta memaksakan kehendaknya kepada Yesus padahal hal tersebut bisa saja dilakukannya. Bunda Maria justru memilih memposisikan dirinya sebagai hamba dan murid Yesus dan menuruti setiap perintah-Nya. Sungguh sikap ketaatan dan kerendahan hati yang sangat luarbiasa dan patut diteladani.  Karena pada akhirnya Yesus akan menjawab doa setiap umat-Nya, pada waktu yang tepat. Begitu pula dengan kita, sebagai orang muda yang begitu dikasihi oleh Tuhan, kita perlu bercermin dari kepasrahan bunda Maria.

Dalam penderitaan hingga wafat Yesus di salib, bunda Maria merelakan Sang Anak yang begitu ia cintai. Bunda Maria pun mengalami duka dan penderitaan yang begitu mendalam.  Namun, di tengah duka yang ia hadapi, di tengah penderitaan dan kehilangan yang ia alami, bunda Maria tetap teguh pada imannya akan rencana Tuhan. Kita pun perlu meneladani keteguhan iman bunda Maria ketika dia harus mengalami penderitaan yang begitu dahsyat, dan ketika harus mengalami duka kehilangan Sang Putra yang begitu ia cintai demi rencana Tuhan. Di dalam keterpurukan, kita perlu berpegang teguh pada iman kita, pada rencana Tuhan yang lebih besar daripada rencana kita. Kita harus setia dan percaya bahwa Tuhan begitu mencintai kita umatNya dalam keadaan suka maupun duka hidup kita.  Bunda Maria mengajarkan bahwa penderitaan yang dialaminya merupakan jalan rencana karya keselamatan bagi banyak orang. Sikap inilah yang patut kita contoh dan kita imani sebagai generasi muda Katolik penerus Gereja.

Semoga kita semakin dikuatkan dan diteguhkan dalam iman, terutama dalam menghadapi masalah dan gejolak kehidupan yang terjadi saat ini. Kita harus menjadi anak-anak muda yang ambil bagian dalam karya keselamatan yang telah Tuhan sediakan bagi kita dan bagi orang-orang di sekeliling kita.